Rabu, 30 Desember 2009

Kehidupan Keluarga Rawan Konflik

Kehidupan yang dijalani Ryan dan Pradnya - tinggal serumah dengan orang tua dan anak-anak - disebut kehidupan generasi sandwich (Sandwich Generation, Raphael & Schlesinger, 1993). Menurut Gina Shaw, apapun alasannya, kehidupan pasangan yang "terhimpit" dalam generasi sandwich akan menjadi serba "terlalu" : terlalu lelah, terlalu stress, terlalu banyak pikiran, terlalu berat beban kerja, dan terlalu banyak waktu tersita. Bisa dipahami, karena mengurus diri sendiri saja sudah menguras segalanya, apalagi jika sekaligus mengurus diri sendiri, anak-anak, dan orang tua.

Karena serba terlalu itulah kehidupan generasi sandwich jadi rawan konflik. Menurut psikolog Prof. Dr. Jeanette Murad Lesmana, konflik seperti yang dialami Ryan dan Pradnya biasanya terjadi karena pasangan belum memiliki pemahaman atau kesepakatan tentang:
1. Kebiasaan. Setiap rumah memiliki kebiasaan masing-masing. Karena itu, menantu sebagai "pendatang" harus bisa menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang berlaku di rumah mertua. Misalnya, jika mertua tipe rajin, maka menantu sebaiknya tidak bangun diatas jam 10 pagi, meskipun diakhir pekan atau hari libur.

2. Kontribusi. Bukan hanya uang, tapi juga kontribusi fisik, waktu, dan lain-lain. Anggota keluarga harus berdiskusi agar jelas task list atau kontribusi soal siapa memberi berapa, siapa mengerjakan apa, dan sebagainya. Tapi dalam hal ini, pasangan tidak perlu memaksakan diri jika belum mampu memberi konstribusi maksimal. Sesuaikan dengan kemampuan saja.

3. Pola asuh. Pola pengasuhan anak mengikuti aturan dari orang tua, bukan kakek nenek. Karena anak adalah produk dari orang tua bukan kakek nekek. Bila kakek nenek ingin melarang ini itu pada cucu (anak), maka harus sepengetahuan orang tuanya (anda dan pasangan), agar anak tahu, otoritas ada di tangan orang tua bukan kakek nenek.

4. Pembelaan. Teguran dari orang tua mungkin terdengar biasa saja di telinga anda, tapi tidak demikian bagi pasangan. Untuk itu, anda perlu membela pasangan agar ia tidak merasa terus disalahkan atau mengalah. Konflik kerap timbul, karena salah satu merasa tidak dibela atau diberi dukungan oleh pasangannya.

5. Privacy. Setiap anggota keluarga harus saling menjaga privacy, dengan memberikan waktu dan tempat bagi masing-masing anggota keluarga untuk melakukan kegiatan yang disukai, tanpa diketahui dan diinterupsi oleh anggota keluarga yang lain. Tapi yang lebih utama, privacy bagi anda dan pasangan.

"Modal wajib" bagi pasangan generasi sandwich. Agar konflik, seperti yang dialami Ryan dan Pradnya, tak berkepanjangan, menurut Prof. Dr. Jeannette, ada beberapa hal yang menjadi modal wajib bagi pasangan:
1. Komunikasi. Hidup bersama keluarga besar, maka komunikasi antara generasi harus sebaik mungkin. Segala sesuatu yang mengganjal perasaan, harus dibicarakan. Juga, sering-sering menjadi pendengar yang baik. Bila dalam kasus Pradnya-Ryan, maka Pradnya-lah yang harus mengajak suaminya untuk berdiskusi, dan menemukan solusi yang terbaik.

2. Penyesuaian. Pihak yang menumpang tinggal harus tahu diri dan menyesuaikan diri dengan penghuni dan sikon rumah. Misalnya, pasangan yang menumpang di rumah orang tua/mertua, maka pasangan harus menyesuaikan diri. Sebaliknya, bila orang tua yang menumpang di rumah anak, maka orang tua harus menyesuaikan diri.

3. Kesepakatan. Pasangan harus membentuk teamwork yang baik dan memiliki kesepakatan. Jika sejak awal menikah sudah sepakat tinggal bersama orang tua, maka segala risiko harus dijalani bersama. Pasangan harus sepakat dan saling mengetahui dan memahami setiap kebutuhan, tak terkecuali dalam urusan pembantu atau babysitter.

4. Kebesaran hati. Butuh kebesaran hati bagi ketiga generasi untuk bisa hidup berdampingan dengan mesra dalam satu atap. Bagi pihak yang menumpang, sebaiknya jangan berlaku seenaknya sendiri, karena posisinya hanya menumpang, bukan pemilik rumah. Bagi pihak yang ditumpangi sebaiknya tidak bersikap pamrih.

5. Perbedaan = Aset. Apa yang membuat sandwich istimewa? Tentu saja isi roti yang berbeda di setiap lapisannya. Sama halnya dengan keluarga besar, setiap individu memiliki karakter berbeda. Karena itu, perbedaan jangan dijadikan alasan saling bertentangan. Justru perbedaan itu merupakan aset yang memperkaya kehidupan.

6. Selesaikan segera. Minus dari tinggal bersama orang tua, giliran terjadi konflik dengan pasangan, orang tua akan mengetahuinya. Beda halnya bila Anda dan pasangan tinggal di rumah sendiri. Meski demikian, konflik harus diselesaikan sesegera mungkin. Bila keadaan sudah tak lagi memanas, bicarakan masalah dengan kepala dingin dan rasional sampai tuntas.

7. Beri perhatian. Meski banyak waktu dan energi yang tersita untuk orang tua dan anak-anak, bukan berarti anda dan pasangan lupa memperhatikan diri sendiri dan perkawinan. Sesekali nikmati waktu hanya berdua di luar rumah, entah makan di resto, nonton di bioskop, atau bertemu teman-teman. Intinya, give yourself a break!

Generasi sandwich tidak selalu negatif, kok!
Menurut Susan Ito, penulis kolom Life in the Sandwich di majalah online Literary Mama, hidup bersama orang tua memiliki banyak nilai plus. Salah satunya, soal pengaturan waktu. ?Dulu, keluarga kami sangat tidak disiplin. Waktu makan sesuka-sukanya. Tapi sejak ibu saya yang berusia 84 tahun tinggal bersama kami, waktu makan jadi lebih teratur karena mengikuti jadwal makan ibu. So we have nice family dinners,? kata Susan. Selain itu, menurut Prof. Dr. Jeanette, tinggal serumah dengan orang tua dan anak menjalin kemesraan, juga mengasah hubungan batin.

Yang harus didiskusikan dengan pasangan soal pengaturan rumah sandwich:
Segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan domestik, mulai dari soal rumah, uang, pekerjaan, seks, kesehatan dan nutrisi, keluarga, anak-anak, komunitas dan pertemanan, hingga kehidupan spiritual, harus dibicarakan dengan sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya dengan pasangan. Misalnya:
Ruangan. Siapa tinggal di ruang yang mana?
Waktu. Kapan untuk diri sendiri, berdua, dan keluarga?
Uang. Berapa biaya yang harus dikeluarkan/dialokasikan?
Aktivitas. Apa harus dilakukan untuk diri sendiri dan keluarga?
Kebutuhan. Bagaimana memenuhi kebutuhan anggota keluarga?
Kemesraan. Bagaimana menjaga kemesraan antara generasi?
Tugas domestik. Siapa mengerjakan apa? Cara bagaimana?

Tidak ada komentar: